Selasa, 04 Februari 2014

Potensi Berbisnis Airsoft Gun

Berdasarkan hasil top search di salah satu forum jual beli terbesar di Indonesia, ternyata diurutan kedua barang paling dicari adalah Airsoft Gun. Airsoft Gun merupakan mainan yang merupakan replika dari senjata api yang sebenarnya. Sepintas mainan ini memang sangat mirip dengan senjata api, namun tentu saja sistem kerjanya jauh berbeda.

Biasanya pecinta Airsoft Gun mempunyai komunitas sebagai wadah untuk menyalurkan hobi tembak-tembakan ini. Masing-masing komunitas biasanya akan memiliki kode etik demi keamanan, mengingat hobi yang satu itu mempunyai potensi bahaya buat diri sendiri maupun orang lain. Biasanya untuk menyalurkan hobi ini dipersyaratkan adanya peralatan minimum untuk suatu kegiatan perang-perangan seperti kacamata, pelindung siku dan lutut, rompi dan sepatu.

Untuk menebus Airsoft Gun dan peralatan pendukung untuk terjun perang-perangan,tentunya perlu merogoh kocek cukup dalam. Jenis Airsoft Gun dengan sistem kokang termurah berkisar dari 400 ribuan. Sementara untuk jenis yang lebih bagus seperti AEG (Automatic Electric Gun) yang menggunakan motor elektrik maupun GBB (Gas Blow Back) yang memanfaatkan gas bertekanan tinggi, dibanderol dikisaran 2 Jutaan. Itupun adalah untuk produk keluaran Cina. Sementara produk keluaran Jepangharganya akan membuat banyak orang tercengang. Jadi boleh dikatakan hobi yang satu ini butuh modal besar.

Airsoft Gun sendiri sejatinya bukanlah barang yang bebas diperjualbelikan. Mengingat kemiripannya dengan senjata api, maka untuk memilikinya secara legal diperlukan proses yang cukup rumit. Namun hal ini ternyata tidak menyurutkan minat pecinta mainan ini. Terbukti dari fakta diatas walaupun butuh modal besar dan masuk dalam kategori ilegal, namun ternyata mainan ini sangat diminati. Melihat potensi besar dibalik bisnis jual Airsoft, saya terpikir kenapa tidak dilegalkan saja penjualan Airsoft Gun seperti di negara lain. Bisa dibayangkan berapa besar potensi perputaran rupiah di bisnis ini. Potensi kerusakan pada mainan ini cukup besar. Itu membuat volume penjualan mainan dan sparepartnya dipastikan akan sangat besar. Kalau sudah dilegalkan bisa dibayangkan berapa banyak tenaga kerja akan terserap di industri ini. Penyedia tempat untuk perang-perangan dipastikan juga akan tumbuh subur. Yang pasti negara akan sangat diuntungkan dari keadaan tersebut, dimana pengangguran akan berkurang dan pemasukan dari pajak akan meningkat.

Pemerintah cukup membuat regulasi seperti syarat kepemilikan, dimana mainan ini bisa digunakan, bagaimana cara membawa dan menyimpan mainan ini dan sebagainya. Nah kalau ada yang melanggar maka dikenakan tindakan denda. Dan kalau ada yang menggunakan untuk tindakan kriminal barulah dikenakan pidana.

Kalau menurut saya selain bisnis airsoft.. bisnis jual model kit juga lumayan saat ini..bagaimana dengan anda?

Tips Singkat Merawat Action Figures

Hobi mengoleksi action figures saat ini cukup marak, seperti yang kita tahu Action figures memiliki banyak karakter yang bermacam-macam jenisnya dan layak untuk menjadi koleksi pribadi Anda yang menyukai anime maupun manga. Jika Anda ingin mengoleksi maupun penjual action figures atau jual static figures ini, berikut beberapa tips singkat dalam merawat action figures Anda.

1.   Bersihkan dengan kemoceng setiap hari, atau gunakan kain halus atau tissue yang dibasahi dengan sedikit air setiap minggunya.

2.   Gunakan mini compressor atau penyedot debu mini untuk bagian-bagian sempit

3.   Jangan terlalu sering menggerak-gerakkan action figure Anda, karena akan membuat cepat longgar.

4.   Jauhkan dari bahan yang dapat merusak cat atau melumerkan plastic.

5.   Untuk mengurangi kelembapan yang bisa menimbulkan jamur, Anda bisa menaruh silica gel di sekitar tempat memajang action figures.

6.   Hindarkan dari sinar matahari langsung, karena dapat merusak cat action figures

7.   Simpan pada suhu ruangan yang sejuk agar bahan action figures tidak mudah rusak

8.   Untuk action figures yang terbuat dari bahan PVC usahakan setiap beberapa bulan sekali taruh dalam freezer selama sekitar 20 menit.

9.    Jika Anda menggunakan lampu penerangan, usahakan menambah 1 gelas kecil air diantara action figures Anda agar panas lampu tidak membuat rusak action figures Anda..


Sejarah Bermulanya Mainan Lego

Mungkin kita sering mendengar tentang mainan lego, namun bagaimanakah sejarah mainan ini terbentuk? Di tahun 1916, Christiansen membeli sebuah toko kerajinan kayu di Billund yang telah beroperasi semenjak tahun 1895. Toko ini kebanyakan pekerjaannya adalah membantu pembangunan rumah dan pembuatan mebel kayu, serta memiliki beberapa orang pegawai. Toko ini terbakar pada tahun 1924, terjadi karena api yang dinyalakan oleh kedua putra Christiansen membakar beberapa hasil kerajinan kayu disana. Ole Kirk kemudian membangun usaha kerajinan kayu yang lebih besar, dan berusaha memperluas bisnisnya lebih jauh lagi. Saat Depresi Besar terjadi, Ole Kirk tinggal memiliki sedikit pelanggam dan harus berkonsentrasi pada proyek-proyek yang kecil. Ia memulai memproduksi versi miniatur dari produk-produknya sebagai pembantu rancangan. Model-model miniatur tangga dan papan setrikaan inilah yang menginspirasinya untuk memulai memproduksi mainan. Ketika toko Ole Kirk bangkrut pada tahun 1932, adalah seorang pekerja sosial setempat yang menangani kasusnya menyarankan, atau malah mendorong, Ole Kirk untuk membuat mainan.
Pada tahun 1932, toko Ole Kirk mulai membuat mainan kayu seperti celengan, kereta tarik, mobil-mobilan dan truk mainan. Pada tahun 1934, Ole Kirk mengadakan kompetisi di anatara para pegawainya untuk memberikan nama baru pada perusahaannya, hadiahnya adalah sebotol anggur buatannya sendiri. Christiansen sedang mempertimbangkan sendiri dua nama untuk perusahaannya tersebut, "Legio" (untuk merujuk pada kalimat "Legiun Mainan") dan "Lego", singkatan yang dibuatnya sendiri dari kalimat Bahasa Denmark leg godt, yang berarti "bermain dengan baik." Belakangan Grup Lego menemukan bahwa kata "Lego" bisa secara bebas diartikan "Saya menyusun" atau "Saya merangkai" dalam Bahasa Latin. Ole Kirk memilih nama yang dipertimbangkannya sendiri, Lego, dan perusahaannya mulai menggunakan nama itu dalam produk-produk mereka.
Setelah Perang Dunia II, plastik hadir di Denmark, dan Lego membeli satu set mesin cetak injeksi plastik pada tahun 1947. Salah satu mainan modular yang diproduksi pertama kali adalah sebuah mainan truk yang dapat dibongkar dan dipasang kembali. Pada tahun 1947, Ole Kirk dan Godtfred memperoleh contoh barang bata plastik yang bisa saling melekat satu dengan yang lain (interlocking) yang diproduksi oleh perusahaan Kiddicraft. Produk "Kiddicraft Self-Locking Building Bricks" ini dirancang dan dipatenkan di Inggris oleh Mr. Hilary Harry Fisher Page, seorang warga negara Inggris. Pada tahun 1949 Grup Lego mulai memproduksi bata yang sama, menamainya "Automatic Binding Bricks" (Bata Yang Melekat Secara Otomatis). Bata Lego, yang kemudian diproduksi dari material cellulose acetate, dikembangkan menurut dasar-dasar bongkahan kayu tradisional yang bisa disusun di atas satu dengan yang lain namun bisa "direkatkan" bersama. Produk ini memeiliki beberapa tonjolan bundar di atasnya dan bagian bawah yang berbentuk segiempat yang berlubang. Bata-bata ini akan melekat satu dengan yang lain, tapi tidak terlalu erat sehingga mereka tidak bisa dipisahkan lagi. Pada tahun 1953 bata-bata ini diberi nama baru: Lego Mursten, atau "Bata Lego".

Produk-produk plastik awalnya tidak diterima dengan baik oleh para pembeli, yang memilih mainan kayu atau logam. Banyak pengiriman Lego yang dikembalikan akibat penjualan yang buruk. Pada tahun 1954, Godtfred menjadi Direktur Pelaksana Junior di Grup Lego. Pembicaraan Godtfred dengan seorang pembeli luar negeri melahirkan ide tentang suatu "sistem" mainan, dengan banyak mainan dalam suatu lini produksi. Godtfred mengevaluasi semua produk yang tersedia, dan melihat bahwa bata plastik adalah yang paling cocok untuk "sistem" tersebut. Pada tahun 1955, Lego meluncurkan "Town Plan" (Rencana Tata Kota), sebagaimana hal tersebut adalah suatu sistem, yang menggunakan bata untuk membangunnya.

Pada tahun 1961, Lego berhatap untuk bisa melebarkan penjualan ke Amerika Utara, namun tidak memiliki kemampuan logistik yang memadai untuk melakukannya. Lego kemudian mengambil jalan untuk memperbolehkan Samsonite untuk memproduksi dan menjual Lego & Bricks di Amerika Serikat dan Kanada. Tahun 1961 dan 1962 menyaksikan diperkenalkannya roda Lego pertama, sebuah tambahan yang mengembangkan potensi untuk membangun mobil-mobilan, mainan truk, bus dan kendaraan-kendaraan lainnya dari bata Lego. Juga selama masa ini, Grup Lego memperkenalkan mainan yang secara khusus ditujukan bagi pasar anak-anak pra-sekolah seperti jual puzzle dan sebagainya.

Pada tahun 1963, material yang digunakan untuk membuat bata Lego, cellulose acetate (CA), ditinggalkan dan beralih pada acrylonitrile butadine styrene (plastik ABS) yang lebih stabil sifatnya, yang masih digunakan hingga hari ini. ABS itu tidak mengandung racun, tidak mudah memudar warnanya dan tidak mudah bengkok, serta juga lebih tahan panas, asam, garam dan zat kimia lainnya daripada cellulose acetate. Samsonite yang memproduksinya di Amerika Utara tidak beralih seketika itu, dan masih menggunakan cellulose acetate di beberapa aspek produk Lego. Tahun 1964 adalah saat pertama buku petunjuk disertakan di dalam paket mainan Lego. Salah satu seri mainan Grup Lego yang paling sukses, Sistem Kereta Api LEGO, pertama kali diluncurkan tahun 1966. Satu set mainan kereta api ini menyertakan motor 4,5 Volt, kotak baterai dan rel kereta; dua tahun kemudian motor 12 Volt diperkenalkan.

Pada tanggal 7 Juni 1968, Taman Legoland pertama dibuka di Billund. Taman rekreasi ini menampilkan model rumit kota-kota miniatur yang seluruhnya dibangun dengan bata Lego. Taman seluas 12.000 meter persegi ini dikunjungi 625.000 pengunjung pada tahun pertamanya sendiri. Selama 20 tahun berikutnya, taman ini bertambah luas delapan kali dari luas awalnya, dan nantinya rata-rata dikunjungi sekitar satu juta pengunjung yang membeli tiket tiap tahunnya. Lebih dari delapan belas juta set mainan Lego telah terjual pada tahun 1968.

Pada tahun 1969, sistem Duplo mulai dipasarkan. Produk ini adalah sebuah sistem yang baru dikembangkan, yang ditujukan bagi anak-anak usia balita; bata Duplo ukurannya lebih besar daripada bata Lego, sehingga membuatnya lebih aman untuk anak-anak yang masih sangat muda usianya; walau demikian kedua sistem ini bisa saling digunakan bersamaan: bata Lego bisa dipasang dengan pas di atas bata Duplo, sehingga membuat perpindahan set mainan ke sistem Lego lebih mudah saat anak-anak tersebut mulai tumbuh lebih besar. Nama Duplo berasal dari kata Bahasa Latin duplus, yang secara harafiah diterjemahkan sebagai "ganda"; artinya bahwa sepotong bata Duplo ukurannya tepat dua kali lebih besar dari pada ukuran bata Lego (2 x tinggi kali 2 x lebar kali 2 x panjang = 8 x volume bata). Era 1960an merupakan masa pertumbuhan yang cepat bagi Grup Lego sehingga pada tahun 1970 salah satu permasalahan terbesar yang mesti mereka hadapi adalah bagaimana cara terbaik untuk mengelola dan mengontrol pasar mereka yang terus berkembang.

Sampai di tahun 1990-an, Seri mainan baru yang dirancang untuk pembangun Lego yang lebih berpengalaman dikeluarkan. Tiga set Model Team, termasuk sebuah mobil balap dan sebuah kendaraan off-road, menampilkan tingkatan detil dan tampak-nyata yang sebelumnya tidak terlihat di seri mainan Lego manapun. Kalau seri Technic secara mekanis adalah akurat, Model Team secara penampilan dan gaya sangatlah akurat. Grup Lego menjadi salah satu dari sepuluh perusahaan mainan terbesar di dunia tahun ini, menjadi satu-satunya perusahaan mainan dari Eropa yang berada di jajaran Top-10 tersebut. Legoland Billund, pertama kali dalam sejarahnya, dikunjungi lebih dari satu juta pengunjung pada tahun yang sama.

Tenggelamnya Bisnis Jual Mainan

Trend mainan anak-anak telah mengalami beberapa kali pergeseran; mulai dari jenis mainan manual–mainan elektronik–hingga mengarah pada mainan jenis digital. Bisnis mainan seperti bisnis jual kartu mainan, jual board games mulai ditinggalkan sejak munculnya bisnis mainan elektronik seperti bisnis jual remote control, dan mobil balap tamiya–disusul dengan mainan era digital Power Station (PS), Power Station Portable (PSP), dan mainan digital lainnya; yang dioperasikan dengan komputer, ponsel, tablet dan game online.

Satu per satu toko mainan konvensional tergeser oleh dominasi toko perlengkapan mainan digital dan warnet yang bertebaran bak jamur di musim hujan. Pebisnis toko mainan yang tidak mengikuti trend teknologi ini akan ditinggalkan oleh pembelinya; lambat-laun pasti akan terus merugi. Dengan membeli mainan PSP seharga 2 jutaan, terbukti, bisa mengurangi keinginan bermain di Game Fantasy atau pusat-pusat permainan lain, yang biasanya terdapat di mall-mall, di kota-kota besar–di mana dalam sekali bermain, seorang anak bisa menghabiskan uang tak kurang 50 ribu rupiah dalam waktu 30 menit.

Kegundahan pebisnis mainan, juga dialami oleh ‘NH’, nama inisial teman kecil saya. Leluhurnya, punya toko mainan yang cukup besar di kota Kediri–toko yang diwariskan dari generasi ke generasi. Toko itu diserahkan padanya pada tahun 1998; dalam posisi merugi–bangunan reyot, dagangan habis dan uang juga habis. Orang tuanya telah meninggal. Ketika itu, dia masih semester 3 dan memiliki adik yang sedang beranjak besar. Dengan modal pinjaman dari saudaranya, dia nekat terjun ke mainan elektronik yang lagi booming kala itu: mainan remote control dan tamiya. Dari dua jenis mainan itu, dia berhasil mengumpulkan sejumlah modal untuk memperbesar usahanya.

Dia menangkap perubahan trend mainan anak. Dia merasa era mainan konvensional perlahan akan memudar omsetnya. Dan kesulitan ekonomi keluarga kebanyakan, akan membuat mereka sedapat mungkin menghindari masuk ke toko mainan apabila keluar rumah bersama anak-anak mereka. Akhirnya, dia membagi dua produk dagangannya; separuhnya berisi bahan-bahan kebutuhan pokok (consumer good) dan separuhnya lagi mempertahankan dagangan lama, mainan anak konvensional. Kini, hanya tokonya yang masih bisa bertahan dalam menjual mainan konvensional. Sementara itu, toko-toko mainan konvensional lainnya gulung-tikar. Itulah triknya; saat orang tua berbelanja, anak-anak mereka sibuk memilih mainan.
Kini, dia telah memasuki tahun ke-15 pengelolaan tokonya. Dia telah berhasil membuka 2 cabang baru; lebih besar daripada toko lamanya sehingga dia sudah memiliki 3 buah toko. 

Dia masih memiliki keinginan membuka 1 cabang lagi; di mana dia bersama saudaranya akan memiliki toko mainan masing-masing. Dia mengendalikan ketiga tokonya dari rumahnya; di mana seluruh mesin kasir dan kamera CCTV bisa dia akses tanpa perlu keluar rumah.
Kesulitan yang dialami NH, membuatnya kehilangan energi untuk menyelesaikan kuliahnya. “Sejak drop out, saya kuliah di Google,” katanya suatu waktu, “Di sana kamu bisa mendapatkan ilmu apapun yang kamu butuhkan.” Kesulitan hidup adalah batu pijakan untuk melangkah menuju kehidupan yang lebih baik.